DEMAM MASA LALU

“Apakah yang paling jauh di dunia ini?” Imam Al-Ghazali, suatu ketika, memberi teka teki kepada beberapa muridnya yang masih muda belia. Seraya murid-muridnya riuh rendah, mencoba memberi jawaban yang menurut mereka paling benar. Macam-macam jawabannya, ada yang bilang “kutub utara”, “kutub selatan”, sebagian lagi menyebut nama-nama desa yang paling terpencil.
Al-Ghazali, sang Imam, hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala, “Bukan itu semua! Yang paling jauh dari hidup ini adalah masa lalu.” Serentak murid-muridnya menjadi terdiam, siap mendengar uraian sang Imam “ Saking jauhnya masa lalu, kita tidak akan pernah mendatanginya kembali. Siapa pun orangnya, dengan cara apapun, tak ada satupun orang yang bisa kembali ke masa lalu.”
Orang-orang Bani Israel, seperti diceritakan dalam surah Al-Baqarah, adalah orang-orang yang tertawan masa lalu. Mereka selalu saja mengaanggap dirinya sebagai suku bangsa yang istimewa. Memang demikian adanya. Sebagian besar nabi berasal dari suku bangsa ini dan sebagian dari Bani Israel bisa saja dilahirkan dari nabi-nabi itu. Lebih dari itu sejarah masa lalu Bani Israel dipenuhi keajaiban yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Mereka begitu rewel dan mengajukan syarat yang begitu banyak apabila diminta untuk beriman. Ajaibnya Allah terus memberikan seluruh permintaan itu bahkan ketika mereka meminta untuk diturunkan makanan dari surga, Allah menurunkan manna dan salwa. Karena itulah orang-orang Bani Israel merasa dirinya paling unggul dan tidak mau percaya pada manusia dari suku bangsa lain. Bahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW mereka tidak percaya.
Bani Israel adalah orang yang mengalami demam masa lalu jenis pertama, yaitu terlalu bangga pada masa lalu, mereka tidak mau menerima kebenaran baru, mereka selalu bilang “Nenek moyang kami telah melakukan semua ini.” Akibatnya mereka jadi mandek dan menutup diri. Lebih dari itu mereka menganggap diri tidak lebih baik dari nenek moyang mereka, generasi sebelumnya. Ada anggapan dari penyakit demam masa lalu ini, yaitu generasi kini tinggal meneruskan apa yang sudah dilakukan pada masa lalu, generasi kini tidak lebih baik, generasi kini hanyalah manusia sisa-sisa yang tidak mungkin menciptakan sejarah baru.
Selamatkan diri kita dari bayangan menakutkan masa lalu. Apakah kita akan mengembalikan arus sungai ke hulunya, matahari ke tempat terbitnya, dan mengembalikan bayi ke perutnya, air susu ke teteknya dan mengembalikan air mata ke dalam rongganya? Sesungguhnya, terjebak pada masa lalu akan mengakibatkan kesusahan, mengerikan dan mengejutkan.
Demam masa lalu yang kedua adalah membayangkan kesusahan dan kegagalan masa lalu sebagai sebuah kesalahan yang akan terus-menerus mengikuti diri kita. Ketika kita kembali membuka lembaran masa silam, saat itu sama dengan kita menyia-nyiakan masa kini, mencabik-cabik jerih payahnya dan meledakkan semua yang dilakukan saat sekarang. Allah berfirman, itulah umat yang telah lalu….. (QS Al-Baqarah {2}: 134). Sesudah itu selesai kisahnya dan habis. Tida ada guna membedah kembali bangkai masa silam atau membalikkan putaran roda sejarah ke belakang. Janganlah menyesali kesenangan yang luput dari tangan kita. Jangan disesali susu yang sudah tumpah ke tanah. “orang yang berakal hidup sengsara dalam kesenangannya karena ulah akalnya; sementara orang yang bodoh dalam kesengsaraannya dapat hidup dengan senang.” (Al- Mutanabbi).
Napoleon Bonaparte menyatakan, “Aku belum pernah merasakan hidup bahagia selama enam hari berturut-turut dalam hidupku.” Khalifah Hisyam bin Malik menyatakan, “ Kuhitung hari-hari bahagia dalam hidupku, ternyata kujumpai hanya tiga belas hari.”
Terimalah masa lalu sebagai masa lalu tanpa mengingkarinya atau melupakannya. Kenanglah ia, tetapi jangan hidup di dalamnya. Belajarlah darinya, tetapi jangan menghukum dirinya sendiri karenanya atau terus menerus menyesalinya. Jangan terjebak di dalamnya. Jika kita berpikir tentang masa lalu, untuk sesaat emosi kita akan tergadaikan di sana. Lalu muncullah kalimat penyesalan yang menyedihkan, seandainya aja dahulu aku melakukan hal ini…, seandainya saja dahulu aku rajin berolahraga.” Saat itu kita terperangkapa pada masa lalu dan jelas hanya akan membuang-buang waktu percuma. Lebih baik, lihatlah masa lalu dan bertanyalah, “apa yang dapat kupelajari dari masa lalu? Apa yang sudah kupelajari? Bagaimana masa lalu bisa membantuku saat ini”?
Kita dapat menengok masa lalu kita, memperoleh banyak keuntungan dari sukses yang telah kita raih dan belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan tanpa harus mengadili diri sendiri. Saat ini adalah waktu yang sangat baik untuk meninjau ulang kehidupan kita, untuk menebus semuanya, mengidentifikasi dan menghilangkan penyesalan, menyelesaikan hubungan yang tidak terselesaikan, dan memperbaiki pelbagai kesalahan.
Demi waktu senja (Ketika semuanya sudah berlalu), sesungguhnya manusia merugi. (QS: AL-Ashr [103]: 1-2).

3 Tanggapan

  1. Kalau masa lalu tidak lebih baik, mana yang lebih baik masa sekarang atau masa depan?

  2. masa lalu biarkan berlalu,masa yg skrng tinggal dijalani untuk menuju masa depan yg lebih baik . gmn tuh,pak.hehehe..
    salam kenal dariku langitjiwa( boleh aku link blognya,pak? )

  3. setiap orang punya masa lalu, entah itu baik atau buruk. yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi masa lalu itu.

    jangan pernah hidup di masa lalu, karena kehidupan ke depan yang masih panjang menanti.

    yang kemarin telah berlalu,
    hari adalah kenyataan,
    esok masih dalam impian

    so, jalani hidupmu hari ini

Tinggalkan komentar