ALLAHUGHAYATUNA

Assalamualaikum wr wb.
Saudara-saudaraku yang dikasihi Allah,
Allahu ghayatuna -> Allah tujuan kita
Di tengah-tengah kesibukan dunia sekarang ini,
masing-masing dari kita pasti disibukkan dengan seabrek aktifitas :
pekerjaan kantor, tugas-tugas kuliah, presentation, etc.
Sering-sering dalam kesibukan semacam ini
waktu seolah-olah kurang saja.
"I wish there were 30 hours in a day!",
itu yang sering terbayang apabila tugas belum selesai,
padahal due time hampir tiba.
Malam menjadi siang, siang menjadi siang.
Masing-masing dari kita pasti pernah mengalami stress semacam ini.

Elok sekali,
dalam keadaan semacam ini saya hendak mengingatkan diri saya sendiri
dan Saudara-saudaraku semua: 
Apa sih yang hendak kita tuju dalam hidup ini?
Apa tujuan kita dalam hidup? 
- to get a high degree of education? 
- to get a good job?
- to get a beautiful wife (handsome husband)?
- to be influencial?
- to get rich?
- ???
Saudara-saudaraku yang dikasihi,
Mungkin tujuan-tujuan hidup yang saya sebutkan di atas
ada di pikiran kita.
Itu wajar saja, as human being.

Akan tetapi,
perlu kita sadari bahwa itu semua hanyalah tujuan temporer saja.
Ada tujuan kita yang lebih suci,
yang lebih agung,
dan yang lebih mendasar;
karena tujuan yang satu ini mencakupi dan
melandasi tujuan-tujuan temporer tersebut. 
Apa tujuan itu?
Allah tujuan kita mengandung arti agar kita mengikhlaskan untuk Allah
segala perkataan dan perbuatan kita,
ibadah dan perjuangan kita.
Sehingga kita diakui sebagai hamba-hamba-Nya
yang mukhlisin dan menjadilah semboyan
yang selalu kita ikrarkan setiap waktu dan tempat:
"Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, 
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam, 
tiada sekutu bagi-Nya dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku 
dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah." 
(Al-An'aam 162-163)
Saudara-saudaraku yang dikasihi,
Marilah kita renungkan sejenak hidup kita ini.... 
Sudahkah hidup kita ini sejalan dengan ikrar kita???
Sholat kita hanya untuk Allah? 
Ibadah kita hanya untuk Allah?
Hidup dan mati kita hanya untuk Allah?
Itulah Saudara-saudaraku,
Sekedar renungan buat kita bersama ,
Marilah kita sucikan tujuan kita agar hanya untuk Allah,
Supaya segala amal & perbuatan kita diterima Allah
Sebagai tabungan untuk hari Akhir..
LAAHAOLA'WALAAQUWWATAILLAA'BILLAH

HUKUM PERSAHABATAN

HUKUM PERSAHABATAN

Memilih sahabat yang baik merupakan salah satu obat hati. Kita pernah mendendangkannya dalam lagu tombo ati, tapi bagaimana sahabat sejati itu? Sesungguhnya teman-teman, itu dapat dijadikan sebagai penghibur hati saat kesedihan melanda. Seseorang diantara mereka mengatakan, “Seandainya tidak ada kekhawatiran, tentulah aku tidak akan bergaul dengan orang lain.

Kami adalah dua orang teman

Yang dipertemukan oleh masa

Dan mengalami pahit getirnya hidup bersama-sama

Sehingga kami menjadi akrab.

Teman-teman akrab pada hari itu (kiamat) sebagaimana menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. (QS Al-Zukhruf {43}:67) Seorang penyair mengatakan sehubungan dengan musafir yang asing.

Berkata Umar bin Khaththab r.a, “Bersahabatlah dengan sahabat yang jujur; sebab engkau akan berada di sisi mereka, sebab mereka hiasan dalam kesenangan, dan menjadi bekal saat ada bencana. Dudukkan urusan temanmu sesuai dengan kebaikan-kebaikannya sampai dia membawakan untukmu sesuatu yang engkau benci dari dirinya. Hindarilah musuhmu sert berhati-hatilah terhadap temanmu kecuali yang terpercaya. Dan tidak ada sahabat terpercaya kecuali orang yang takut kepada Allah. Janganlah engkau bergaul dengan orang durjana; dikhawatirkan engkau belajar pada kedurjanaannya. Dan janganlah engkau membuka rahasiamu kepadanya. Mintalah nasehat dalam urusanmu kepada mereka yang sangat takut kepada Allah. “

 

Ibnul Qayim mengutip pendapat para ulama, mengemukakan enam manfaat bergaul dengan orang-orang saleh: (1) dapat mengubah diri kita dari ragu-ragu menjadi yakin; (2) dari riya’ menjadi ikhlas; (3) dari lalai menjadi ingat (zikir); (4) dari cinta dunia menjadi cinta akhirat; (5) dari sombong menjadi tawaduk; (6) dari buruk perangai menjadi orang yang mau menerima nasehat.

Hadist berikut mengungkapkan bahwa di akhirat pun sahabat-sahabat kita yang saleh di dunia masih ingat kepada kita. “Ketika Allah telah membersihkan orang mukmin dari neraka-sementara mereka tetap beriman-maka tidak pernah ada perdebatan salah seorang diantara kalian dengan temannya dalam masalah haknya di dunia lebih sengit

daripada perdebatan orang Mukmin tersebut dengan Tuhan mereka tentang nasib teman-teman yang telah masuk ke neraka. Mereka berkata, “Tuhan teman-teman kami dahulu juga shalat, puasa dan haji bersama kami kemudian Engkau memasukkan mereka ke neraka. ‘Dia (Allah) berfirman, ‘pergilah dan keluarkanlah di antara mereka orang yang kalian kenali!’ lalu mereka mendatanginya kemudian berusaha mengenali wajahnya, di mana wajah mereka tidak termakan api (masih utuh). Ada juga diantara mereka yang sudah termakan api hingga sebagian pundaknya. Ada juga diantara mereka sudah termakan api hingga kedua mata kakinya. Kemudian mereka mengeluarkannya. Mereka berkata ‘ Tuhan kami telah mengeluarkan orang yang telah engkau perintahkan kepada kami!’ Dia (Allah) lalu berfirman, ‘keluarkanlah orang yang dalam hatinya masih ada keimanan (meskipun hanya) seberat satu dinar. Lalu orang yang dalam hatinya masih ada keimanan (meskipun hanya) seberat setengah dinar, lalu orang yang dalam hatinya masih ada keimanan (meskipun hanya) seberat satu biji sawi.” (HR. Ibnu Majah).

Albert Einstein menulis,“ seseorang yang sukses adalah orang yang menerima banyak hal dari orang lain, biasanya lebih banyak dibandingkan dengan apa yang ia berikan kepada orang lain. Dan nilai seseorang seharusnya dilihat dari apa yang ia berikan, dan bukan dari apa yang ia terima. “ sementara Jacques Delile menyatakan, “Takdir menentukan siapa orang tua kita, tetapi pilihan yang menentukan siapa teman kita.”

Inilah hukum persahabatan, sebuah persahabatan tak mungkin ada tanpa kepercayaan dan kepercayaan tak mungkin ada tanpa kejujuran. Seorang teman adalah seseorang yang memberikan kita seluruh kehidupan, “Dengan menjalin persahabatan sejati, kita membangun landasan kukuh yang menjadi dasar perdamaian dunia, “ujar Gandhi. Sedang grup music legendaries The Beatles, “Aku bias melalui segalanya dengan bantuan teman-temanku.”

Saduran dari buku Meraih Kebahagiaan dan La Tahzan

TEKADKU HARI INI

TEKADKU HARI INI

Aku tidak tahu kapan kematian menjemputku. Bisa jadi hari ini aku meninggalkan dunia ini. Oleh karena itu pada hari ini aku akan memperhatikan diri, memperbaiki penampilanku, aku akan mudah tersenyum dan lebih ramah kepada orang lain. Pada hari ini aku akan berusaha untuk melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah SWT. Pada hari ini aku bertekad untuk mengerjakan shalat wajib tepat waktu. Aku juga akan berusaha menambah pahala dengan melakukan hal yang Sunnah seperti shalat sunah dan membaca al-Quran. Aku akan membaca buku-buku yang berguna bagi peningkatan akhlak dan kemampuanku. Aku akan merenungi kehidupan dunia, belajar dengan giat, bekerja dengan penuh gairah dan mampu memberikan mamfaat kepada orang lain.

Pada hari ini, aku akan berusaha menanam pohon kebaikan, mencabut akar kejahatan, menghilangkan penyakit hati seperti iri, dengki dan prasangka buruk. Pada hari ini aku harus menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Aku akan memberikan kebahagiaan kepada orang lain, menjenguk orang sakit, berta’ziah kepada orang yang meninggal, memberikan petunjuk kepada orang yang sedang kebingungan, member makan kepada orang yang kelaparan dan meringankan orang yang menderita. Aku akan mendampingi orang-orang yang teraniaya, memberikan pertolongan kepada orang yang lemah, memuliakan orang alim, menghormati yang lebih tua dan menyanyangi yang lebih muda.

Pada hari ini aku bertekad mengucapkan selamat tinggal pada masa lalu, karena bagaimanapun semua telah berakhir. Bagiku hari kemarin tenggelam bersama dengan tenggelamnya matahari. Aku juga tidak akan membiarkan diriku hanyut dalam harapan yang semu. Aku tidak takut bertemu dengan hari esok karena hari esok penuh dengan harapan. Hari esok merupakan masa yang belum tersentuh dan belum mempunyai bentuk. Lalu, mengapa aku harus menyibukkan diri dengan hal itu?????

DEMAM MASA LALU

“Apakah yang paling jauh di dunia ini?” Imam Al-Ghazali, suatu ketika, memberi teka teki kepada beberapa muridnya yang masih muda belia. Seraya murid-muridnya riuh rendah, mencoba memberi jawaban yang menurut mereka paling benar. Macam-macam jawabannya, ada yang bilang “kutub utara”, “kutub selatan”, sebagian lagi menyebut nama-nama desa yang paling terpencil.
Al-Ghazali, sang Imam, hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala, “Bukan itu semua! Yang paling jauh dari hidup ini adalah masa lalu.” Serentak murid-muridnya menjadi terdiam, siap mendengar uraian sang Imam “ Saking jauhnya masa lalu, kita tidak akan pernah mendatanginya kembali. Siapa pun orangnya, dengan cara apapun, tak ada satupun orang yang bisa kembali ke masa lalu.”
Orang-orang Bani Israel, seperti diceritakan dalam surah Al-Baqarah, adalah orang-orang yang tertawan masa lalu. Mereka selalu saja mengaanggap dirinya sebagai suku bangsa yang istimewa. Memang demikian adanya. Sebagian besar nabi berasal dari suku bangsa ini dan sebagian dari Bani Israel bisa saja dilahirkan dari nabi-nabi itu. Lebih dari itu sejarah masa lalu Bani Israel dipenuhi keajaiban yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Mereka begitu rewel dan mengajukan syarat yang begitu banyak apabila diminta untuk beriman. Ajaibnya Allah terus memberikan seluruh permintaan itu bahkan ketika mereka meminta untuk diturunkan makanan dari surga, Allah menurunkan manna dan salwa. Karena itulah orang-orang Bani Israel merasa dirinya paling unggul dan tidak mau percaya pada manusia dari suku bangsa lain. Bahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW mereka tidak percaya.
Bani Israel adalah orang yang mengalami demam masa lalu jenis pertama, yaitu terlalu bangga pada masa lalu, mereka tidak mau menerima kebenaran baru, mereka selalu bilang “Nenek moyang kami telah melakukan semua ini.” Akibatnya mereka jadi mandek dan menutup diri. Lebih dari itu mereka menganggap diri tidak lebih baik dari nenek moyang mereka, generasi sebelumnya. Ada anggapan dari penyakit demam masa lalu ini, yaitu generasi kini tinggal meneruskan apa yang sudah dilakukan pada masa lalu, generasi kini tidak lebih baik, generasi kini hanyalah manusia sisa-sisa yang tidak mungkin menciptakan sejarah baru.
Selamatkan diri kita dari bayangan menakutkan masa lalu. Apakah kita akan mengembalikan arus sungai ke hulunya, matahari ke tempat terbitnya, dan mengembalikan bayi ke perutnya, air susu ke teteknya dan mengembalikan air mata ke dalam rongganya? Sesungguhnya, terjebak pada masa lalu akan mengakibatkan kesusahan, mengerikan dan mengejutkan.
Demam masa lalu yang kedua adalah membayangkan kesusahan dan kegagalan masa lalu sebagai sebuah kesalahan yang akan terus-menerus mengikuti diri kita. Ketika kita kembali membuka lembaran masa silam, saat itu sama dengan kita menyia-nyiakan masa kini, mencabik-cabik jerih payahnya dan meledakkan semua yang dilakukan saat sekarang. Allah berfirman, itulah umat yang telah lalu….. (QS Al-Baqarah {2}: 134). Sesudah itu selesai kisahnya dan habis. Tida ada guna membedah kembali bangkai masa silam atau membalikkan putaran roda sejarah ke belakang. Janganlah menyesali kesenangan yang luput dari tangan kita. Jangan disesali susu yang sudah tumpah ke tanah. “orang yang berakal hidup sengsara dalam kesenangannya karena ulah akalnya; sementara orang yang bodoh dalam kesengsaraannya dapat hidup dengan senang.” (Al- Mutanabbi).
Napoleon Bonaparte menyatakan, “Aku belum pernah merasakan hidup bahagia selama enam hari berturut-turut dalam hidupku.” Khalifah Hisyam bin Malik menyatakan, “ Kuhitung hari-hari bahagia dalam hidupku, ternyata kujumpai hanya tiga belas hari.”
Terimalah masa lalu sebagai masa lalu tanpa mengingkarinya atau melupakannya. Kenanglah ia, tetapi jangan hidup di dalamnya. Belajarlah darinya, tetapi jangan menghukum dirinya sendiri karenanya atau terus menerus menyesalinya. Jangan terjebak di dalamnya. Jika kita berpikir tentang masa lalu, untuk sesaat emosi kita akan tergadaikan di sana. Lalu muncullah kalimat penyesalan yang menyedihkan, seandainya aja dahulu aku melakukan hal ini…, seandainya saja dahulu aku rajin berolahraga.” Saat itu kita terperangkapa pada masa lalu dan jelas hanya akan membuang-buang waktu percuma. Lebih baik, lihatlah masa lalu dan bertanyalah, “apa yang dapat kupelajari dari masa lalu? Apa yang sudah kupelajari? Bagaimana masa lalu bisa membantuku saat ini”?
Kita dapat menengok masa lalu kita, memperoleh banyak keuntungan dari sukses yang telah kita raih dan belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan tanpa harus mengadili diri sendiri. Saat ini adalah waktu yang sangat baik untuk meninjau ulang kehidupan kita, untuk menebus semuanya, mengidentifikasi dan menghilangkan penyesalan, menyelesaikan hubungan yang tidak terselesaikan, dan memperbaiki pelbagai kesalahan.
Demi waktu senja (Ketika semuanya sudah berlalu), sesungguhnya manusia merugi. (QS: AL-Ashr [103]: 1-2).

MENGAPA HARUS BERHENTI MEROKOK

Hanya sebagian orang yang tidak tahu bahaya merokok bagi kesehatan. Namun tetap saja banyak orang tetap merokok, seolah tak mempedulikan ancaman yang ditimbulkan akibat merokok.

MEROKOK bukan saja milik kaum adam. Merokok sudah menjadi gaya hidup kaum hawa. Duduk-duduk di cafe, di pojok kota, jarang melihat perempuan tanpa sebatang rokok terselip di jarinya. Rokok dapat menjadikan hidup lebih keren. Lebih dari sekadar mengejar nikmatnya cita rasa nikotin belaka.

Rokok dapat menyebabkan kanker dan perokok sudah tahu informasi tersebut. Kewajiban perusahaan rokok mencantumkan bahaya merokok bertujuan agar orang menjadi jera tidak ampuh, karena merokok hampir sama kuatnya dengan kebutuhan untuk makan.

Boleh tidak makan asal masih boleh merokok, ujar perokok sejati. Dari rokok terpetik banyak rasa enak. Otak tergerak merasa lebih jernih, lancar berpikir, deras ide mengalir, dan dengan cara memberikan kelebihan itu rokok semakin dibutuhkan.

Padahal, bahaya nikotin dan ribuan zat kimiawi di dalam asap tembakau, memiliki sifat jelek terhadap tubuh manusia, khususnya terhadap kesehatan perempuan.

Merokok dan Kecantikan
Sama dengan kaum Adam, perempuan perokok terancam risiko kena kanker paru-paru. Bahaya rokok melemahkan saluran pernapasan, menimbulkan komplikasi buruk pada paru-paru, sehingga berisiko merusak paru-paru. Ada risiko terkena jenis kanker puting susu, juga terhadap kesehatan bibir, dan mulut.

Warna kehitaman pada bibir akibat sekian lama selaput lendir bibir yang lembut dan tipis itu harus tersentuh panasnya asap di pangkal batang rokok. Sebelum menjadi gosong, tentu terjadi perubahan warna di situ.

Selain itu, pengaruh asap rokok yang mengandung tar, salah satu kandungan asap rokok, menjadikan permukaan gigi tidak seputih mutiara lagi.

Merokok dan Kehamilan
Merokok juga memberatkan beban perempuan ketika harus memikul kehamilannya. Kehamilan dengan pengaruh rokok, membuahkan anak tidak sesehat kehamilan yang bebas dari pengaruh buruk rokok.

Berat badan anak lahir rendah, lahir dari ibu perokok. Banyak lagi pengaruh tidak sehat menimpa anak yang akan dilahirkan oleh ibu perokok. Darah ibu yang mengalir ke tubuh bayi di kandungan membawa nikotin. Darah anak megandung nikotin seperti darah ibu. Maka demi kepentingan kesehatan diri pribadi, selain bertanggung jawab terhadap kesehatan anak sejak masih dalam kandungan , keputusan tetap merokok selama kehamilan harus dipertimbangkan ulang.

Sekali lagi, setiap ibu menerima mandat untuk mencetak anak yang sehat. Untuk itu ibu menjaga kesehatan sejak anak masih di kandungan. Hal itu juga membebaskan anak dari kemungkinan terkena penyakit, kelemahan, atau kecacatan.

Kalau nikotin dan semua zat kimiawi dalam asap rokok berpengaruh buruk terhadap kesehatan anak, maka merokok memang beralasan untuk dihentikan agar anak lahir sehat.

Cukupkah himbauan itu? Sering-sering tidak. Hanya dengan niat yang kuat, kebiasaan merokok bisa dihentikan saat ini juga. Detik ini juga. Maka kunci berhenti merokok, memang terletak pada niat. Kuatnya niat sajalah yang mengantarkan siapa saja, setiap perempuan, setiap calon ibu memikirkan orang lain menjadi ”passive smoker” yang memikul jahatnya asap rokok, selain menjaga hak anak yang akan dilahirkannya.

Maka tidak ada pihak lain, badan apa pun, atau kekuasaan paling otoriter mana pun, selama merokok tidak dilarang oleh hukum, orang masih tetap merdeka untuk terus merokok. Hanya karena pertimbangan memikirkan orang lain itulah, niat untuk berhenti merokok itu dimunculkan atas kemauan diri sendiri, bukan kemauan siapa pun.***
.

RESEP PRAKTIS NGILANGIN STRESS!!!!

1. Yang pertama adalah membaca Al Qur’an dengan disertai pemahaman maknanya. Firman Allah dalam surat Al Israa’ ayat 82 ” Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman ….”

2. Yang kedua adalah dengan berdzikir yang lama. Allah SWT berfirman ” ..ingatlah, hanya dengan mengingat Allah.lah hati menjadi tenang”. QS. Ar Rad 28

3. Yang ketiga adalah dengan puasa. Ditinjau dari segi kejiwaanpun puasa ternyata mempunyai efek yang baik seka- li. sebab dengan puasa, secara tidak langsung seseorang dilatih untuk dapat mengendalikan tuntutan hawa nafsu yang cenderung untuk melakukan hal-hal yang sesat. Dilain pihak, dengan berpuasa, seseorang akan jadi merasa lebih dekat dengan Allah, sehingga merasa lebih aman dan tenteram.

4. Yang ke empat ialah shalat malam ” Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajutlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji ” QS Al Israa’ 79

5. Yang kelima ialah mengunjungi saudara sesama muslim. Banyak sekali hikmahDengan bersilaturami, maka berbagai persoalan yang membelit kepala insya Allah akan dapat dicarikan penyelesaiannya. Dengan bersilaturahmi, kita dapat saling berbagi suka dan duka, berbagi kesedihan, mencurahkan perasaan, sehingga beban berat yang menghimpit, akan terasa lebih ringan, karena kita tidak sendiri. Disamping itu, saling pesan dalam kebenaran dan kesabaran hanya mungkin terlaksana apabila tali ukhuwah tetap terjalin.

100 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL

KETIKA AZAN MEMANGGIL,KUKEJAR ALLAH DENGAN SEPEDA

KETIKA AZAN MEMANGGIL,
KUKEJAR ALLAH DENGAN SEPEDA

Hari meranggas petang, para pekerja mulai meninggalkan tempat
kerjanya. Bis-bis kota dan metro mini sarat penumpang berhenti di
banyak halte dan persimpangan. Wajah-wajah lelah terlihat menuruni
tangga bis kota.

Sukardi, siap menghadang wajah-wajah lelah ini di perempatan
Rawa Badak, Tanjung Priok. Pria bertubuh tinggi besar, berkulit
gelap dengan sorot mata tajam, serta dilengkapi topi “baretta”
yang menahan teriknya matahari Jakarta, menantikan mereka di atas
sadel sepedanya.

Ia telah pernah bekerja pada sebuah pabrik kaca milik investor
Jepang di bilangan Pulo Gadung, Jakarta. Pekerjaan itu digeluti
nya selama empat tahun. Namun kini ia harus meninggalkan peker
jaannya itu, karena ia pernah absen beberapa lama, karena sakit
yang dideritanya. Karena itulah ia di-PHK. Perusahaan tak mau
rugi, tak mau pula menanggung biaya kesehatan … maka PHK-lah
jalan keluarnya.

Pak Sukardi siap menerima kenyataan ini, karena keyakinannya
telah tertempa oleh nilai Islam yang diyakininya. “Saya yakin,
rejeki mah Allah yang ngatur …” Berangkat dari keyakinan yang
tulus itu, serta menyadari keterbatasannya yang tidak lulus
sekolah dasar, ia banting stir ke usaha yang tak pernah ia impi
kan sebelumnya: menjadi pengemudi ojek! Keyakinan dan usaha itu
memang membuahkan hasilnya, “Setiap hari paling sedikit saya bisa
men gantongi tujuh ribu perak. Alhamdulillah, bisa untuk makan
dan membiayai anak-anak …” Ia mempunyai empat orang anak. Yang
paling besar di SLTA, dua orang di SLTP, yang paling kecil masih
di SD. “Sekarang ini, kalau kita nggak kuat mendidik anak dengan
agama, gawat! Banyak sekali gangguannya. Kita sering dengar ada
anak gadis hamil duluan sbelum nikah. Nauzu biLlah min zalik! Itu
kesalah orang tuanya yang tidak mendidik dengan pelajaran agama.”

Kiranya Pak Sukardi benar, arus kejahiliyahan memang tengah
merayap di sela-sela kehidupan kita. Arus itu melilit dan meracu
ni semua lapisan sosial dengan segala perwujudannya. Tidak hanya
meracuni si kaya, tapi juga si miskin. Pak Sukardi tak ingin
terlindas arus itu. “Saya tanamkan Islam pada anak-anak melalui
pengajian dan halaqoh di Masjid, dan saya “ngasih” contoh pada
mereka. Misalnya kalau sholat subuh, kita bangunkan mereka, kita
ajak ke masjid …”

“Habis, kita hidup ini untuk apa sih kalau bukan untuk iba
ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada Ku.
Jadi semua hidu kitaini untuk ibadah. Bekerja ibadah, belajar
ibadah, pokoknya semua lah! Untuk apa hidup di dunia ini kalau
cuman bergelimang harta tanpa tujuan yang jelas? Dan kekurangan
material bukanlah halangan untuk memilih tujuan hidup yang benar
dan pasti!”

Keyakinan itulah yang agaknya terpatri kuat dalam jiwa tukang
ojek kita ini. Maka ketika azan memanggil, ia tak menyia-nyiakan
waktu untuk tetap berada dalam tujuan utama hidupnya. Ia bergegas
pulang ke rumah menunaikan kewajibannya di masjid dekat rumahnya.
“Kalau ngedenger azan terus kita belum sholat, rasanya nggak
enak, kayak punya utang saja. Hati gelisah, pengennya mau pulang
melulu …
padahal lagi ada penumpang.”

“Kenapa mesti pulang segala Pak? Bukankah masjid di sekitar
Tanjung Priok ini banyak, di setiap jalan ada masjid?”
“Bukan begitu … celana saya kotor, baju juga bau keringet …
Masak mau “ngadep” Alloh, pakai celana dan baju kotor? Sedangkan
kalau mau ngadep Pak Lurah aja, kita rapih, ya nggak?”

Pak Sukardi sudah menganggap, ibadah baginya merupakan kebu
tuhan. Ia merasa punya beban jika kewajiban terhadap Alloh belum
ditunaikan. Tidak hanya itu saja, ia bahkan berusaha mendirikan
kewajiban tersebut dengan cara yang terbaik. “Pernah ada teman
saya yang “ngetawa’in” dan ngejek saya, karena saya pakai payung
waktu “narik” di siang bolong. Waktu itu bulan Ramadhan. Saya
diamkan saja. Habis, dari pada saya batal puasa karena
kepanasan?” ceritanya tentang pengalamannya menarik ojek di bulan
suci Ramadhan. “Saya menyayangkan teman-teman saya yang tidak
puasa di bulan Ramadhan. Padahal kita bisa ngatur waktu untuk
menjaga dan mempertahankan puasa kita. Misalnya kalu narik di
bulan Ramadhan, sebaiknya dari pagi sampai sekitar jam sebelasan
lah, jangan lebih. Habis itu kita pulang, sholat Zuhur, tidur di
rumah sampai Ashar. Habis Ashar kita bisa narik lagi sampai
malem. Itu ‘kan nggak terlalu menguras tenaga? Kita bisa tetap
puasa, udah gitu dapet rejeki lagi. Alhamdulillah, selama saya
narik ojek ini, saya nggak pernah “bolong” puasa, bukannya nyom
bong nih!”

Pernah suatu hari ia mendapat penumpang, dan sudah menjadi
kebiasannya ia selalu mengajak ngobrol orang yang memerlukan
jasanya. Pembicaraan berkisar pada soal hujan yang sudah lama
tidak turun, entah bagaimana tiba-tiba orang itu mengatakan bahwa
berkat kecanggihan, teknologi sekarang hujan sudah bisa dibuat.
Pernyataan ini langsung disergah oleh Pak Sukardi. “Hujan mah,
biar gimana, buatan Alloh, Pak! Manusia nggak bisa bikin hujan.
Kita jangan sombong dengan ilmu pengetahuan kita, sebab kalau
dibandingkan dengan ilmunya Alloh, ilmu kita mah nggak ada arti
nya. Kita manusia cuma bisa berusaha, Alloh yang menentukan. Kita
aja yang ngaku-ngaku bisa bikin hujan buatan, padahal semuanya
dari Alloh.”

begitu saja. Ia selalu menyelipkan da’wah nilai-nilai Islam
barang sepatah dua patah kata. “Kita ini harus mengajak manusia
ke jalan Alloh. Kita ummat Islam semua ini, adalah da’i. Balighu
‘anni walau ayah. Sampaikan dariku walau hanya satu ayat, begitu
kata Nabi Muhammad.”ketika ditanya tentang aktifitas keislaman
nya, dan dari mana ia memperoleh bahan-bahan yang up-to-date
untuk berda’wah, ia mengatakan:
” Saya tiap malem Selasa, selalu ngaji di Masjid Al-Mukaromah di
Jalan Mangga. Saya pergi sama anak saya yang di SMA, pakai sepeda
ini. Alhamdulillah, sepeda ini disamping bisa untuk nyari duit,
juga bisa dipakai untuk pergi ngaji ….”

Hari-hari pak Sukardi adalah sepeda dan da’wah, keringat dan
ibadah. Sebuah fenomena yang menyejukkan yang dapat kita saksi
kan di tengah gemuruhnya “pemurtadan” dan pendangkalan aqidah di
mana-mana.

Number: isnet/1619; Att: is-mod, is-lam, mus-lim
[dari Sabili No.8/IV]
————
tarbiyah@isnet.org

M QURAIS SHIHAB: MAULID NABI SAW