EKG

Pengkajian bunyi jantung, mumur dan gallop
1.Kaji BJ I dan BJ II
Bunyi Jantung I (BJ I)
Bunyi Jantung pertama terjadi karena penutupan katub mitral dan trikuspidalis secara bersamaan, meskipun getaran dinding miokardium juga brperan terhadap terjadinya bunyi ini. Untuk mendengar bunyi jantung pertama maka dapat dilakukan auskultasi pada area ICS 4 parasternal kiri dan dibawah areola kiri.
Bunyi Jantung II (BJ II)
Bunyi jantung kedua dihasilkan oleh penutupan katub aorta dan pulmonalis, meskipun kedua katub ini menutup hampir bersamaan, katub pulmonal biasanya menutup agak belakangan. Untuk mendengarkan bunyi jantung kedua maka dapat dilakukan auskultasi pada daerah parasternal kanan intercosta 2 dan parasternal intercosta 2.
2.Kaji kelainan bunyi jantung seperti mumur dan gallop
Murmur adalah kelainan bunyi jantung akibat tubulensi aliran darah. Tubulensi dapat terjadi karena penyempitan kritis katub, katub yang tidak berfugsi dengan baik yang menyebabkan regurgitasi aliran darah, defek kongenital dinding ventrikel atau defek antara aorta dan arteri pulmonalis atau peningkatan aliran darah melalui struktur yang normal.
Gallop adalah kelainan bunyi jantung yang ditandai bila pengisisan darah ventrikel terhambat selama diastolik,seperti terjadi pada berbagai keadaan penyakit, maka akan terjadi getaran sementara pada saat diastolik, serupa dengan bunyi jantung pertama dan kedua meskpun lebih halus. Maka bunyi jantung menjadi triplet dan menimbulkan efek akustik seperti gallop kuda sehingga disebut gallop. Bunyi ini dapat terjadi pada awal diastolik, selama fase pangisian cepat siklus jantung, atau pada akhir kontraksi atrium.

Cara kerja alat EKG
1.Sebutkan bagian-bagian alat EKG
Bagian-bagian alat EKG, yaitu ;
Elektrokardiograf (EKG)
4 buah sadapan ekstremitas, yaitu;
Tangan kiri (LA)
Tangan kanan (RA)
Kaki kiri (LL)
Kaki kanan (RL)
6 buah sadapan dada yaitu V1, V2, V3, V4, V5, V6
Kabel sadapan yang terdiri dari;
10 elektrosa yang terdiri dari;
4 buah elektroda ekstremitas
6 buah elektroda dada
Kertas grafik EKG
2.Identifikasi gannguan pada saat perekaman serta cara penanggulangannya
benda-benda yang bersifat logam seperti jam tangan, cincin, gigi emas dll. Yang dapat mempengaharui atau mengganggu pada saat perekaman. Penanggulangannya yaitu dengan melepaskan semua benda-benda logam tersebut sebelum melakukan perekaman.
Pada saat perekaman, perawat maupun orang-orang yang berada di sekitar tempat tidur sebaiknya menjauh dari tempat tidur agar tidak mempengaharui hasil perekaman.
3.Perawatan alat EKG;
Setelah menggunakan alat EKG maka alat-alat tersebut dibersihkan dan dirapikan kemudian alat-alat tersebut disimpan pada tempatnya semula.

Merekam 12 lead EKG
1.Kaji pasien sebelum pemasangan EKG
Sebelum pemasangan EKG, pasien dikaji kondisi kesehatannya dan keadaan psikologis pasien serta periksa tanda-tanda vital.
2.Persiapan
Alat
Electrocardiograf (EKG)
Kabel sadapan yang terdiri dari;
4 buah sadapan ekstremitas, yaitu;
Tangan kiri (LA)
Tangan kanan (RA)
Kaki kiri (LL)
Kaki kanan (RL)
6 buah sadapan dada yaitu V1, V2, V3, V4, V5, V6
10 elektrosa yang terdiri dari;
4 buah elektroda ekstremitas
6 buah elektroda dada
Cream atau jelly
Kertas EKG
Pasien
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
Melepaskan benda-benda yang bersifat logam seperti jam tangan, cincin, gigi emas dll. Yang dapat mempengaharui atau mengganggu pada saat perekaman.
Indikasi pemasangan
Pada pasien penderita jantung
Pada pasien yang dioperasi
Pada pasien koma
Pada pasien yang menderita penyakit tertentu yang memungkinkan pemasangan EKG.
3.Cara kerja
Pasien berbaring dengan bagian dada bebas dari pakaian dan bahan-bahan logam yang dipakai seperti cincin, jam tangan, ikat pinggang, dsb sebaiknya dibuka agar tidak menggangu rekaman. Oleskan cream atau jelly pada tempat dimana akan dipasang elektroda untuk merungangi resistensi. Pasanglah keempat elektroda ekstremitas pada kedua pergelangan tangan dan kedua pergelangan kaki pada bagian medial. Pasanglah elektroda tersebut dengan ketat. Hubungkan kabel sadapan pada EKG dan ujung-ujungnya dihubungkan pada EKG Dan ujung-ujungnya dihubungkan pada elektroda yang sesuai. Pasanglah elektroda pada dada sbb;
V1 : parasternal dextra intercostalis 4 (merah)
V2 : parasternal sinistra intercostalis 4 (kuning)
V3 : pada pertengahan antara V2 dan V4 (hijau)
V4 : pada linea midclavicula kiri intercostralis 5 (coklat)
V5 : pada linea axillaris anterior (hitam)
V6 : pada linea midaxillaris (ungu)
Hubungkan pada ujung-ujung kabel sadapan pada elektroda dada yang sesuai. Hubungkanlah EKG pada sumber listrik.
Hal-hal yang diperhatikan saat perekaman, yaitu :
Keadaan sekitar pasien
Keadaan psikologis pasien
Hasil rekaman EKG
4.Tindakan setelah pemasangan EKG
Cabut keempat elektroda ekstremitas
Cabut keenam elektroda dada
Matikan alt perekam EKG
Rapikan klien
Kembalikan alat-alat ketempat semula.

Interprestasi hasil EKG
1.Bentuk normal dari EKG :
Gerlombang P menggambarkan depolarisasi otot atrium, normalnya setinggi 2,5 atau kurang dan durasinya 0.11 detik atau kurang. Defleksi negatif pertama setelah gelombang P adalah gelombang Q, yang normalnya berdurasi kurang dari 0,03 detik dan amplitudonya kurang dari 25 % gelombang R, sedangkan gelombang S adalah defleksi negatif prtama setelah gelombang R
Kompleks QRS (dimulai oleh gelombang Q, atau gelombang R bila tidak ada gelombang Q, diakhiri oleh gelombang S) menggambarkan depolarisasi otot ventrikel. Kompleks QRS normalnya berdurasi 0,04 sampai 0,10 detik.
Gelombang T menggambarkan repolarisasi otot ventrikel. Gelombang ini mengikuti kompleks QRS dan biasanya mempunyai defleksi yang sama dengan kompleks QRS.
Gelombang U diperkirakan menggambarkan repolarisasi serat purkinje tetapi kadang-kadang ditemukan pada pasien dengan hipokalemia (kadar kalium rendah). Gelombang U terjadi setelah gelombang T dan kurang lebih ukurannya sama dengan gelombang P. Gelombang ini sering disalahtafsirkan sebagai gelombang P ekstra.
Segmen ST yang menggambarkan repolarisasi ventrikel awal, berlangsung dari akhir gelombang S sampai permulaan gelombang T.
Interval PR diukur mulai dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang Q atau R dan menggambarkan waktu yang diperlukan untuk depolarisasi atrium dan perlambatan impuls di noduls AV sebelum depolarisasi ventrikel.
Interval QT yang menggambarkan waktu total repolarisasi dan depolarisasi ventrikel, diukur dari awal gelombang Q atau R jika tidak ada gelombang Q diakhiri dengan gelombang T. Interval QT bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung, biasanya kurang dari setengah interval RR (diukur dari permulaan satu gelombang R sampai awal gelombang R berikutnya), dan biasanya durasinya 0,32 sampai 0,40 detik apabila frekuensi jantungnya 65 sampai 95 denyut per menit.

CT SCAN

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
CT SCAN (Computerized Axial Tomografi)

1.PENGERTIAN
CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu kelainan, yaitu :
a.Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.
b.Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.
c.Brain contusion.
d.Brain atrofi.
e.Hydrocephalus.
f.Inflamasi.

Berat badan klien merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan. Berat badan klien yang dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan adalah klien dengan berat badan dibawah 145 kg. Hal ini dipertimbangkan dengan tingkat kekuatan scanner. Sebelum dilakukan pemeriksaan CT scan pada klien, harus dilakukan test apakah klien mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama 20-25 menit, karena hal ini berhubungan dengan lamanya pemeriksaan yang dibutuhkan.
Harus dilakukan pengkajian terhadap klien sebelum dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah klien bebas dari alergi iodine, sebab pada klien yang akan dilakukan pemeriksaan CT

Scan disuntik dengan zat kontras berupa iodine based kontras material sebanyak 30 ml. Bila klien ada riwayat alergi atau dalam pemeriksaan ditemukan adanya alergi maka pemberian zat kontras iodine harus distop pemberiannya. Karena eliminasi zat kontras sudah harus terjadi dalam 24 jam. Maka ginjal klien harus dalam keadaan normal.
2.TUJUAN
Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik scanning/pemeriksaan tanpa radioisotop
3.PRINSIP KERJA
Film yang menerima proyeksi sinar diganti dengan alat detektor yang dapat mencatat semua sinar secara berdispensiasi. Pencatatan dilakukan dengan mengkombinasikan tiga pesawat detektor, dua diantaranya menerima sinar yang telah menembus tubuh dan yang satu berfungsi sebagai detektor aferen yang mengukur intensitas sinar rontgen yang telah menembus tubuh dan penyinaran dilakukan menurut proteksi dari tiga tititk, menurut posisi jam 12, 10 dan jam 02 dengan memakai waktu 4,5 menit.
3. PENATALAKSAAN
 PERSIAPAN PASIEN
Pasien dan keluarga sebaiknya diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan. Pasien diberi gambaran tentang alat yang akan digunakan. Bila perlu dengan menggunakan kaset video atau poster, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengertian kepada pasien dengan demikian menguragi stress sebelum waktu prosedur dilakukan. Test awal yang dilakukan meliputi :

Kekuatan untuk diam ditempat ( dimeja scanner ) selama 45 menit.
Melakukan pernapasan dengan aba – aba ( untuk keperluan bila ada permintaan untuk melakukannya ) saat dilakukan pemeriksaan.
Mengikuti aturan untuk memudahkan injeksi zat kontras.
Penjelasan kepada klien bahwa setelah melakukan injeksi zat kontaras maka wajah akan nampak merah dan terasa agak panas pada seluruh badan, dan hal ini merupakan hal yang normal dari reaksi obat tersebut. Perhatikan keadaan klinis klien apakah pasien mengalami alergi terhadap iodine. Apabila pasien merasakan adanya rasa sakit berikan analgetik dan bila pasien merasa cemas dapat diberikan minor tranguilizer. Bersihkan rambut pasien dari jelly atau obat-obatan. Rambut tidak boleh dikepang dan tidak boleh memakai wig.

4.PROSEDUR
a.Posisi terlentang dengan tangan terkendali.
b.Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.
c.Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.
d.Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit.
e.Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan komputer.
f.Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar dengan memakai protektif lead approan.
g.Sesudah pengambilan gambar pasien dirapihkan.

5.HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a.Observasi keadaan alergiterhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi alergi dapat diberikan deladryl 50 mg.
b.Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur berlangsung.
c.Ukur ntake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat dan dokter.

HASIL TES LAB NORMAL

HASIL TES LAB NORMAL

Diterbitkan oleh Yayasan Spiritia, Jl. Radio IV/10, Jakarta 12130. Tel: (021) 7279 7007 Fax: (021) 726-9521.

Lembaran Informasi ini berdasarkan terbitan New Mexico AIDS InfoNet. Lihat http:// http://www.aidsinfonet.org
Darah
Ukuran Satuan Nilai Rujukan, Eritrosit (sel darah merah) juta/μl 4,0 – 4,9 (P), 4,5 – 5,5 (L), Hemoglobin (Hb) g/dL 12,0 – 16,0 (P), 13,0 – 18,0 (L), Hematokrit % 39,0 – 45,0 (P), 40,0 – 48,0 (L)
Hitung Jenis
Basofil % 0,0 – 1,0, Eosinofil % 1,0 – 3,0, Batang1 % 2,0 – 6,0, Segmen1 % 50,0 – 70,0, Limfosit % 20,0 – 40,0, Monosit % 2,0 – 8,0, Laju endap darah (LED) mm < 25 (P, usia < 50), < 30 (P, usia 􀂕 50) ,< 15 (L, usia < 50), < 20 (L, usia 􀂕 50)
Leukosit (sel darah putih)
103/μl 5,0 – 10,0
MCH/HER pg 27,0 – 31,0, MCHC/KHER g/dL 32,0 – 36,0, MCV/VER fl 82,0 –, 92,0
Trombosit 103/μl 150 – 400
Catatan:
1. Batang dan segmen adalah jenis neutrofil. Kadang kala dilaporkan persentase neutrofil saja, dengan nilai rujukan, 50,0 – 75,0 persen
Fungsi Hati (LFT)
Ukuran Satuan Nilai Rujukan, SGOT (AST) U/L < 35, SGPT (ALT) U/L < 36, Alkalin fosfatase U/L 64 – 306 (P), 80 – 316 (L), Bilirubin total mg/dL 0,0 – 1,0.Bilirubin langsung mg/dL 0,0 – 0,4, Protein total g/L 66,0 – 87,0, Albumin g/L 38 – 57
Fungsi Ginjal
Kreatinin U/L 40 – 150 (P), 60 – 400 (L), Urea mg/dL 8 – 25, Natrium mmol/L 135 – 150, Klorid mmol/L 95 – 108, Kalium mmol/L 3,6 – 5,5
Profil Lipid
Kolesterol total mmol/L 3,6 – 5,2, HDL mmol/L < 4,9, Trigliserid mmol/L 0,11 – 2,15
Lain
Glukosa mmol/L 3,0 – 6,1, Amilase U/L < 125, Asam Urat mmol/L 54 – 42

CATATAN PENTING:
Setiap laboratorium menentukan nilai ‘normal’, yang ditunjukkan pada kolum ‘Nilai Rujukan’ atau ‘Nilai Normal’ pada laporan laboratorium. Nilai ini tergantung pada alat yang dipakai dan cara pemakaiannya. Tidak ada standar nilai rujukan; angka ini diambil terutama dari laboratorium RSCM, Jakarta; nilai laboratorium lain dapat berbeda. Jadi angka pada laporan kita harus dibandingkan dengan nilai rujukan pada laporan, bukan dengan nilai rujukan pada lembaran ini.